NegaraIndonesia dengan Amerika Serikat punya sejarah yang panjang dalam menjalin hubungan diplomatik. Kedua negara sudah memupuk kerja sama selama 70 tahun lamanya ditandai dengan disahkan Kedubes AS di Jakarta pada tanggal 28 Desember 1949, dan Amerika sebagai negara adidaya tentu menjadi sasaran dalam mengembangkan politik
Jakarta - Ideologi adalah gagasan dan pengertian. Ideologi sendiri berasal dari kata idea. Selain itu ideologi juga berasal dari bahasa Yunani yang berarti oida atau mengetahui, melihat dengan budi. Sedangkan logi yang berasal dari bahasa Yunani logos artinya ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan-gagasan atau pengetahuan tentang ide-ide. Melansir laman Disdikpora Kabupaten Buleleng, ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy, orang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy ideologi yaitu science of ideas, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Marx sendiri mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial Ramlan Surbakti mengemukakan ideologi baik secara fungsional maupun secara struktural. Secara fungsional, ideologi diartikan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau masyarakat yang dianggap paling secara fungsional ideologi terbagi menjadi dua tipe yaitu doktriner dan ideologi yang pragmatis. Ideologi doktriner adalah ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai maupun aparat pemerintah, contohnya ajaran pragmatis apabila ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci. Pelaksanaan ideologi pragmatis tidak diawasi oleh aparat namun dengan pengaturan pelembagaan internalization, yaitu individualisme atau umum idelogi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis serta menyangkut berbagai bidang kehidupan merupakan cerminan cara berpikir orang atau masyarakat yang membentuk masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi adalah sesuatu yang harus dihayati hingga menjadi suatu merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen keterikatan untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka semakin tinggi juga komitmen untuk juga tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat. Sehingga seseorang harus meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun juga berisi seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan rangkaian nilai tersebut mereka mengetahui cara bersikap baik secara moral atau normative yang dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai ideologi adalah seperti yang dijelaskan di atas ya detikers. Selamat belajar! Simak Video "Jokowi Ungkap RI Sukses Lewati Krisis Dunia Karena Fondasi Pancasila" [GambasVideo 20detik] atj/lus
View10 Contoh Modernisasi dan Globalisasi di Bidang Politik dan ECON 45.3610001 at Cambridge High School, Cambridge. 10 Contoh Modernisasi dan Globalisasi di Bidang Politik dan. Study Resources. Main Menu; by School; by Literature Title; by Subject; Textbook Solutions Expert Tutors Earn.
Indonesia adalah masyarakat majemuk atau pluralistim yang meliputi ragam kesadaran baik pribadi maupun kelompok. Dalam perkembangan sistem Politik di Indonesia yang menjadi bagian penting adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk mengatur, menguasai, pengambilan keputusan, dan kepentingan untuk menuju kearah yang lebih baik dari yang sebelumnya yaitu harmonis dan politik merupakan himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki seorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan, keputusan, kekuasaan dan mengatur untuk menuju kearah yang lebih baik madani dan harmonis. Ideologi menjadi dasar sikap terhadap kejadian dan permasalahan politik yang dihadapi serta penentu tingkah laku politik. Dasar ideologi politik adalah keyakinan akan keberadaan pola tata tertib sosial politik yang ideal. Ideologi tidak dapat disamakan dengan filsafat yang hanya merenung, namun memiliki tujuan bergerak dalam kegiatan dan aksi nyata. Pada perkembangannya, ideologi terpengaruh oleh kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa dalam masyarakat tempatnya ilmu sosial, Ideologi politik merupakan himpunan ide serta prinsip yang memaparkan bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, serta menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. Ideologi politik umumnya mengenai dirinya dengan bagiamana mengatur kekuasaan serta bagaimana seharusnya dilakukan atau komunis Karl Marx, Friedrich Engels serta pengikut mereka, dikenal dengan marxisme, dianggap sebagai ideologi politik yang paling berpengaruh serta dijelaskan lengkap pada abad 20. Contoh ideologi lainnya termasuk kapitalisme, anarkisme, komunisme, , liberalism. 19Contoh Nilai Sosial dalam Kehidupan Masyarakat. Nilai sosial pada hakekatnya lahir sebagai bagian dari arti kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial yang diciptakan serta disepakati bersama demi mencapai ketentraman serta kenyamanan dalam hidup. Aturan itu yang dipakai sebagai tolak ukur, anggapan, serta keyakinan perihal apakah itu baik atau
Modernisasi dalam Bidang Politik dan Ideologi Di Indonesia – Pada dasarnya politik ialah bidang yang berhubungan dengan kekuasaan power dan wewenang authority. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara politik berkaitan bersahabat dengan proses-proses yang berhubungan dengan kenegaraan dan ketatanegaraan, yang meliputi forum-lembaga negara, dasar pemerintahan, sistem pemerintahan, penyelenggaraan penyeleksian biasa , dan lain sebagainya. pertanyaannya sekarang yakni, apakah yang dimaksud dengan kekuasaan power dan wewenang authority tersebut? Dalam setiap korelasi antarmanusia, baik yang bersifat individual maupun yang bersifat kelompok, selalu tersimpul unsur kekuasaan dan wewenang. Soerjono Soekanto mendefinisikan kekuasaan power selaku sebuah kesanggupan untuk mensugesti pihak lain berdasarkan kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat pada semua bidang kehidupan, ialah meliputi kesanggupan untuk memerintah dan menawarkan keputusan-keputusan yang secara pribadi maupun tidak eksklusif mensugesti langkah-langkah-tindakan pihak lain yang diperintah. Max Weber mengatakan bahwa kekuasaan merupakan suatu kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya kepada langkah-langkah-tindakan perlawanan dari orangorang atau golongan-golongan tertentu. Kekuasaan mempunyai beragam sumber dan sekaligus bermacam-macam bentuk. Kekuasaan juga terdapat di mana-mana, dalam korelasi-hubungan sosial maupun dalam organisasi sosial. Namun demikian, pada umumnya kekuasaan yang tertinggi terletak pada organisasi negara, alasannya adalah secara formal negara mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, bahkan negara dapat menerapkan tindakan kekerasan dan paksaan dalam rangka menjalankan peran pemerintahan. Kekuasaan yang terdapat dalam interaksi sosial, baik yang terjadi antara seseorang dengan seseorang, antara seseorang dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kalangan, mempunyai beberapa bagian sebagai berikut a. Rasa takut Perasaan takut terhadap seseorang akan mengakibatkan sebuah kepatuhan kepada segala kemauan dan langkah-langkah orang yang ditakuti tersebut. Perasaan takut bahwasanya ialah gejala jiwa yang bersifat negatif karena kepatuhan yang diwujudkan merupakan keterpaksaan. Pada biasanya orang yang mempunyai rasa takut akan berbuat apa saja sesuai dengan kehendak orang yang ditakuti tadi. Rasa takut juga mengakibatkan terjadinya peniruan terhadap sikap dan sikap orang yang ditakuti yang diketahui dengan perumpamaan matched dependent behavior. b. Rasa cinta Rasa cinta akan menghasilkan tindakan yang kasatmata yang diwujudkan dengan tindakan sukarela dalam rangka mengasyikkan pihak yang berkuasa. Rasa cinta sebaiknya dikembangkan dalam korelasi kekuasaan semoga tata cara kekuasaan yang dikerjakan mampu berlangsung dengan tertib dan teratur. c. Kepercayaan Kepercayaan timbul sebagai akibat dari kekerabatan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiasif. Meskipun kepercayaan sering bersifat langsung, namun dogma juga mampu berkembang dalam korelasi organisasi yang luas. Kepercayaan rakyat kepada penguasa akan mampu melanggengkan penguasa tersebut dalam memegang kekuasaan. Sebaliknya, ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa akan melahirkan mosi tidak percaya yang dapat menjatuhkan penguasa. d. Pemujaan Kepercayaan yang berlebihan akan melahirkan pemujaan. Akibat dari pemujaan yakni adanya pembenaran terhadap segala langkah-langkah penguasa, walaupun langkah-langkah penguasa tersebut betul-betul salah. Keempat bagian di atas sering digunakan oleh penguasa untuk dapat melakukan kekuasaannya. Sebagaimana kekuasaan, wewenang juga mampu dijumpai di mana-mana. Wewenang ialah sebuah hak yang sudah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk memutuskan kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan perihal dilema-persoalan penting dan untuk menuntaskan pertentangan-kontradiksi. Seseorang yang mempunyai wewenang akan bertindak selaku pemimpin atau pembimbing bagi banyak orang. Dengan demikian, kekuasaan tanpa wewenang merupakan kekuasaan yang tidak sah sebab tidak memiliki otoritas untuk menjalankan kekuasaannya. Adapun bentuk-bentuk wewenang antara lain sebagai berikut a. Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional legal Max Weber mengemukakan bahwa perbedaan antara wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional didasarkan pada korelasi antara tindakan dengan dasar aturan yang berlaku. Wewenang kharismatis ialah wewenang yang didasarkan atas kharisma atau suatu keahlian khusus yang ada pada diri seseorang selaku anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Wewenang kharismatis condong bersifat irasional karena tidak dikelola oleh kaidahkaidah tertentu. Wewenang tradisional merupakan wewenang yang dimiliki oleh seseorang karena adanya ketentuan-ketentuan tradisional. Sedangkan wewenang rasional ialah wewenang yang disandarkan pada tata cara hukum yang berlaku dalam penduduk . b. Wewenang resmi dan tidak resmi Wewenang resmi ialah wewenang yang sistematis dan rasional yang diperoleh secara resmi berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Sedangkan wewenang tidak resmi ialah wewenang yang terdapat pada kelompok-kalangan yang tidak resmi yang diperoleh secara impulsif, situasional, dan didasarkan pada faktor persahabatan maupun aspek kekeluargaan. c. Wewenang langsung dan teritorial Wewenang eksklusif ialah wewenang yang diperoleh menurut ikatan tradisi yang didasarkan atas solidaritas antara anggota-anggota kalangan. Wewenang teritorial ialah wewenang yang diperoleh menurut penguasaan terhadap daerah-kawasan tertentu. d. Wewenang terbatas dan menyeluruh Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencakup semua bidang kehidupan, melainkan cuma terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Sedangkan wewenang menyeluruh ialah wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Ideologi merupakan sebuah rangkaian konsep harapan yang diemban dan diidamkan oleh sebuah kalangan, suatu golongan, sebuah gerakan, atau sebuah negara. Di dalam sebuah ideologi terdapat sistem desain yang dijadikan landasan dalam menunjukkan arah dan tujuan demi mempertahankan kelancaran hidup. Sistem politik dan ideologi yang terdapat dalam mengadakan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia senantiasa mengalami pembaharuan. Setiap pemimpin negara telah berbuat yang terbaik di zamannya. Meskipun demikian, dalam perkembangannya dijalankan beberapa langkah korektif demi melaksanakan pembaharuan pada tahap selanjutnya. Pemerintah Orde Lama mendapat koreksi dari pemerintah Orde Baru. Demikian juga selanjutnya, pemerintah Orde Baru mendapat koreksi dari pemerintah yang sekarang. Pemerintah kini juga masih direpotkan oleh aneka macam kritik dan koreksi agar terus melakukan pembenahan. Penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara telah barang tentu harus diubahsuaikan dengan suasana dan kondisi yang berkembang di kalangan rakyat. Pada zaman Orde Lama, hal mana tingkat pendidikan rakyat Indonesia secara lazim masih sangat minim, maka demokrasi yang diterapkan condong bersifat otoriter. Hal tersebut lebih disebabkan sebab ketersediaan sumber daya insan bermutu yang sangat sedikit. Pada zaman Orde Baru kehidupan demokrasi sedikit mengalami peningkatan yang ditandai dengan penyelenggaraan pemilu setiap lima tahun sekali. Namun demikian, pada kurun Orde Baru kehidupan kepartaian tidak sebebas sekarang dengan alasan untuk menjaga stabilitas keselamatan nasional. Belakangan ini sangat gencar terdengar berita-gosip demokratisasi. Sebagian masyarakat menginginkan pelaksanaan demokrasi yang ideal, sebagaimana yang terjadi di negara-negara barat. Secara sederhana dapat dibilang bahwa demokrasi merupakan pemerintahan yang didasarkan atas kekuasaan rakyat atau yang populer dengan istilah goverment by rule by the people. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya demokrasi ialah tata cara pemerintahan yang mengikutsertakan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Pelaksanaan demokrasi yang ideal harus disokong oleh mutu sumber daya manusia yang ideal juga. Mengingat, pengambilan keputusan dalam tradisi demokrasi sering diwarnai oleh suara yang terbanyak bukan bunyi yang bermutu. Pengambilan keputusan mirip itu bisa jadi akan menjerumuskan. Sebagai ilustrasi, pertimbangan yang tiba dari seratus orang buta huruf akan dianggap lebih memilih daripada usulan yang datang dari tiga puluh orang pakar. Padahal, secara rasional pendapat para pakarlah yang lebih baik meskipun jumlahnya tidak sebanyak yang lainnya. Itulah sebabnya, kehidupan demokrasi dalam metode politik di Indonesia mengalami berulang kali perubahan, yakni demokrasi parlementer atau dikenal juga dengan demokrasi liberal terjadi antara tahun 1945-1959, demokrasi terpimpin terjadi antara tahun 1959-1966, dan demokrasi Pancasila terjadi antara tahun 1966-kini. Pada kurun demokrasi parlementer atau demokrasi liberal, pemerintahan sering mengalami jatuh bangkit sebagai balasan dari terlalu dominannya dewan perwakilan rakyat dewan perwakilan rakyat dalam menentukan pemerintahan. Pemerintahan tidak dapat bekerja secara efektif selaku balasan dari adanya kontradiksi yang terjadi dalam badan partai politik sehingga Presiden Soekarno merasa perlu melakukan dekrit. Sementara itu, pada era demokrasi terpimpin terdapat beberapa penyimpangan kepada Pancasila dan UUD 1945 hingga mencapai puncaknya, yakni terjadinya bencana nasional yang berupa G30S/PKI. Pemerintah Orde Baru melaksanakan beberapa langkah pembaharuan, yaitu dengan menerapkan format demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat didefinisikan selaku sebuah demokrasi yang dijiwai dan didasari oleh falsafah Pancasila. Semangat yang dibangun dalam demokrasi Pancasila yaitu semangat kekeluargaan. Penyelesaian duduk perkara politik dilaksanakan melalui lobi yang intensif untuk menghindarkan diri dari pertentangan pertimbangan dan perpecahan. Wakil-wakil rakyat diseleksi setiap lima tahun sekali melalui penyeleksian umum yang dikerjakan secara eksklusif, lazim, bebas, dan belakang layar. Kemajuan yang dicapai oleh pemerintah Orde Baru yakni terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia yang tertib dan dinamis menurut ideologi Pancasila. Perkembangan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara di Indonesia mesti disikapi sebagai suatu upaya untuk mencari format atau model demokrasi yang tepat bagi metode perpolitikan Indonesia, mengingat usia bangsa Indonesia yang relatif masih muda. Sekitar bulan Mei 1998, terjadi gejolak rakyat berupa agresi demonstrasi yang dijalankan secara besar-besaran untuk menuntut penyelenggaraan tata cara politik yang lebih demokratis. Aksi tersebut telah berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk lengser. Para pengganti Presiden Soeharto, baik Habibie, Abdulrachman Wahid, maupun Megawati terus berusaha melaksanakan pembaharuan. Pembaharuan-pembaharuan tersebut sudah barang tentu tidak akan pernah selsai mengingat problem bangsa dan negara yang selalu meningkat . Pembaharuan dalam bidang politik mesti dijalankan secara terjadwal dan sistematis mengingat tantangan yang ada pada masa global dan masa isu yang makin berat. Sekian materi perihal Modernisasi Bidang Politik dan Ideologi Indonesia dari , agar berfaedah.
Dampakpositif dari globalisasi adalah terjadinya perubahan tata nilai dan sikap, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik. Sedangkan dampak negatif dari globalisasi adalah, pola hidup konsumtif, sikap individualistik, gaya hidup kebarat-baratan serta kesenjangan sosial. Bagi Indonesia, proses globalisasi
Modernisasi bisa dikatakan bagaikan suatu proses sosial dan interaksi sosial dalam transisi semenjak spirit yang sifatnya tradisional mendatangi jiwa nan modern. Prihal inilah sejatinya dalam teori modernisasi hadir pada abad XVII dan menyasar kepada proses sistem sosial, ekonomi, hingga ketatanegaraan. Lebih jauh lagi, privat artikel ini akan membahas mengenai gejala-gejala modernisasi dalam berbagai bidang. Modernisasi Gejala Modernisasi Bidang Ekonomi Bidang Sosial Bidang Politik Bidang Budaya Bidang Pendidikan Parasan Agama Permukaan Teknologi Bidang Embaran Rataan Bidang Pertanian Meres Kesehatan Karakteristik Modernisasi Syarat Modernisasi Sebarkan ini Posting terkait Pemodernan Modernisasi yaitu sebuah proses yang menyebabkan adanya transisi-persilihan di masyarakat yang di mana kejadian tersebut berputar bermula kodisi tradisional maupun masyarakat pramodern menuju umum yang maju. Sehingga privat peristiwa ini setidaknya segala usaha nan dilakukan oleh mahajana bagi menyesuaikan roh mereka dengan kondisi zaman dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan setakat saat ini Pengertian Modernisasi Menurut Para Pakar Berikut ini yakni signifikasi pemodernan menurut para pandai Schoorl, Pemodernan adalah suatu proses transfigurasi yang mampu mengerkan seluruh masyarakat di manapun dalam lembaga transisi di aspek jiwa sosial. Arbi Sanit, Definisi modernisasi merupakan terjadinya persilihan dalam segala apa aspek hidup yang disebabkan oleh individu nan berawal mulai sejak tahap tradisional sampai berorientasi pada spirit nan modern. Soerjono Soekanto, Pengertian modernisasi yaitu suatu upaya perubahan sosial nan tertuju directed change. Sehingga dalam perubahannya didasani atas perencanaan nan disebut social planning. Wilbert E. Moore, Modernisasi yakni proses transformasi total kerumahtanggaan hayat masayarakat di segala aspek sukma mulai dari bidang teknologi, ekonomi, sebatas gambar sosial. Gejala Modernisasi Pemodernan terjadi di beraneka macam aspek hayat sosial internal masyarakat. Peristiwa ini kemudian menjadi pertanda bahwa mulai sejak zaman ke zaman, peradaban manusia dapat dikatakan semakin berbudaya. Berikut ini merupakan gejala-gejala modernisasi yang di temukan intern beberapa bidang di lingkungan sosial Rataan Ekonomi Pemodernan di bidang ekonomi ditandai dengan adanya jalan privat sistem perekonomian. Dalam peristiwa ini, kegiatan ekonomi dalam awam begitu juga jual-beli dan kegiatan pasarsemakin lama semakin mudah. Contoh adanya modernisasi dalam bidang ekonomi yaitu berkembangnya pasar online nan yang dimana mahajana memilih bakal membeli produk-barang nan mereka inginkan melalui toko online yang menyempatkan beraneka rupa tipe barang yang diinginkan pelanggan. Rataan Sosial Kehadiran pemodernan di bidang sosial ditandai dengan adanya platfrom media sosial yang di mana dalam kendaraan sosial tersebut masyarakat dapat berhubungan melalui fitur chatting yang kemudian memicu masyarakat buat ganti berbimbing suatu sama lain melewati fitur tersebut. Bidang Garis haluan Gejala modernisasi yang terjadi di dalam bidang politik ditandai dengan berjalannya sistem kerakyatan, terjalinnya koalisi kerjasama bilateral dan multilateral antar negara. Dengan berjalannya kerjasama antar negara secara bilateral maupun multirateral, maka arus perkembangan negara ke jihat modern akan terus ada. Permukaan Budaya Pemodernan yang terjadi dalam arti budaya ditandai dengan adanya perkembangan yang terjadi privat satu tamadun dan eksistensi budaya tradisional akan semakin melesap dan munculan sebuah budaya populer di masyarakat. Bidang Pendidikan Gejala sosial modernisasi yang terjadi privat rataan pendidikan merupakan wahana pembelajaran bukan lagi hanya menggunakan anak kunci sebagai acuanbelajar. Lega momen ini, pembelajaran melalui alat angkut online silam diminati oleh banyak pelajar karena mudah dimengerti. Malar-malar, detik ini terletak didikan belajar online seperti ruang temperatur, zenius, dan bukan sebagainya untuk mempermudah para berlatih lakukan memahami materi yang tidak dikuasainya. Latar Agama Dalam bidang agama sempurna modernisasi nan ketimbul bilamana ini yaitu kitab tahir tidak lagi berupa buku maupun lempengan. Dalam hal ini, kitab suci kapan ini banyak bertransformasi bentuk kerumahtanggaan bentuk aplikasi internal smartphone. Hal ini kemudian bisa memudahkan seluruh umat beragama lakukan boleh membaca kitab ceria dimanapun mereka berada sekadar dalam satu ketupat. Parasan Teknologi Gejala modernisasis dalam satah teknologi terletak sreg perkembagan telepon genggam yang kegunaannya bukan hanya kerjakan mengirim pesan berupa sms dan telepon suara, namun pula kegunaan telepon genggam saat ini untuk menggambil gambar berupa foto, menekat suara, hingga mengedit pekerjaan kita nan berupa file. Bahkan pada zaman momen ini gejala pemodernan dalam teknologi juga dapat dilihat kapan anda mengemukakan ide terbaik anda di penghadapan atasan, sikap segala yang mencerminkan kepribadian kita yang telah punya acuan pemikiran berbudaya ialah berusaha untuk menjelaskan bahwa ide anda berbasis data dan kebutuhan publik nan mempergunakan teknologi sehingga ide ia layak diimplementasikan. Bidang Informasi Gejala modernisasi berikutnya adalah modernisasi di bidang informasi, yang dimana penyeberan informasi di masyarakat karuan tak rontok dari peran media massa. Privat hal ini, informasi pada saat ini kian menargetkan kawula cukup umur nan dengan cepat mengakses informasi melewati makna media sosial seperi twitter dan instagram. Satah Bidang Pertanian Modernisasi di latar perkebunan bisa dilihat pada pengolahan tanah yang semula menggunakan sapi sebagai instrumen bantu internal mengolah kapling pertanian, lega detik ini masyarakat modern menggunakan mesin traktor sebagai organ petambak sawah. Satah Kebugaran Modernisasi di permukaan kesehatan dapat dilihat terbit semakin canggihnya perkakas-a;at bantu kebugaran yang digunakan di apartemen gempa bumi yang tingkat akurasinya dapat membantu para mantri kerjakan mendiagnosis penyakit segala apa nan diderita oleh pasien. Karakteristik Modernisasi Modernisasi identik dengan proses pembangunan. Karakteristik berpangkal pemodernan bisa dilihat melewati individu sehingga bisa diketahui tingkat perkembangannya. Mengenai karakteristik dari modernisasi dalam mayarakat yaitu bagaikan berikut Segala kegiatan pemerintahan berpusat di Ibukota atau bersifat sentralistik. Terjadinya ketimpangan sosial n domestik masyarakat. Penerapan teknologi di berjenis-jenis aspek nyawa masyarakat. Adanya kesumat sosial antara si Rani dan si Miskin. Sistem ekonomi yang diterapkan berdasarkan pada keuntungan. Syarat Modernisasi Modernisasi yang hadir di paruh-tengah mahajana hingga waktu ini karuan tidak muncul secara tiba-tiba. Tentang syarat-syarat memfokus modernisasi adalah andai berikut Sempurna pikir masyarakat yang kritis. Tingkat pengorganisasian yang tinggi. Kewenangan produktif dibawah lagam taktik atau konsentrasi kekuasaan. Penciptaan iklim sosial yang mendukung modernisasi. Adanya birokrasi nan baik dan integral. Sistem administrasi negara nan melanglang dengan baik. Itulah tadi materi lengkap nan bisa kami tuliskan kepada segenap pembaca tersapu dengan neko-neko gejala modernisasi kerumahtanggaan berjenis-jenis parasan hidup manusia. Semoga melalui materi ini bisa memberikan wawasan dan menambah amanat untuk seberinda pembaca sekalian. Trimakasih, Rating From 6 votes. Please wait…

Apakahkamu lagi mencari jawaban dari pertanyaan Gejala modernisasi di bidang politik, antara lain? Berikut pilihan jawabannya: semakin terdesaknya budaya tradisional kompleksnya kebutuhan manusia sektor industri dibangun secara besar-besaran lahirnya lembaga-lembaga politik Kunci Jawabannya adalah: D. lahirnya lembaga-lembaga politik.

Modernisasi Di Bidang Komunikasi, Politik Dan Ideologi Perkembangan alat komunikasi dan informasi sebagai gejala modernisasi tampak nyata. Bermunculan berbagai penemuan baru, inovasi, dan pembaharuan terhadap berbagai alat komunikasi dan informasi. Inovasi pembaruan dan penemuan baru yang terjadi membawa perubahan pada penggunaan teknologi komunikasi informasi dan transportasi dari tradisional ke modern. Penggunaan alat komunikasi yang semakin media elektronik serta transportasi modern yang digunakan masyarakat untuk melakukan mobilitas merupakan alasan manusia melakukan modernisasi dalam bidang ini Modernisasi Di Bidang Komunikasi, Politik Dan Ideologi. Modernisasi pada bidanginformasi komunikasi dan transportasi banyak kita jumpai disekitar kita. Modernisasi pada bidang komunikasi banyak kita jumpai di sekitar kita. Interaksi antara satu orang dengan orang yang lain saat ini tidak harus dilakukan secara tatap muka karena banyak media yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Misalnya saja melalui handphone, faksmile, instant messanger, e-mail, smartphone, video call dan sebagainya, Selain untuk berkomunikasi, media media tersebut juga dapat digunakan untuk mengakses informasi dengan cepat mudah dan efisien. Sementara dalam bidang transportasi gejala modernisasi juga tampak pada pemanfaatan jaringan internet untuk pemesanan tiket transportasi secara on line. Kegiatan tersebut berkaitan dengan perubahan cara pembelian tiket tradisional ke modern. Selain itu penggunaan alat transportasi modern sebagai pengganti alat transportasi tradisional saat ini banyak dipilih masyarakat sehingga lebih efektif dan efisien Modernisasi Di Bidang Komunikasi, Politik Dan Ideologi. Sistem perwakilan rakyat dalam pemerintahan dapat disebut sebagai salah satu hasil modernisasi yang memengaruhi perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Modernisasi telah merambah semua bidang kehidupan. Tidak terkecuali bidang politik dan ideologi. Kehidupan politik erat kaitannya dengan proses yang melibatkan kenegaraan dan ketatanegaraan, di antaranya meliputi lembaga-lembaga negara, dasar pemerintahan, sistem pemerintahan, penyelenggaraan pemilihan umum. Adapun ideologi merupakan rangkaian konsep suatu cita-cita yang diemban dan diidam-idamkan oleh suatu kelompok/ golongan, gerakan massa, dan negara. Jadi, istilah ideologi bermakna sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat untuk memberikan arah dan tujuan demi kelangsungan hidup. Lalu, apakah yang dimaksud dengan Modernisasi Di Bidang Komunikasi, Politik Dan Ideologi. Kehidupan politik dan ideologi sangat erat kaitanya dengan sistem demokrasi suatu negara. Kamu sudah tahu bukan, bahwa perjalanan demokrasi di Indonesia telah banyak mengalami perubahan? Perubahan yang pernah dilakukan oleh Indonesia berkaitan dengan kehidupan demokrasi adalah demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi Pancasila. Perkembangan politik di Indonesia tersebut telah kamu pelajari pada Tema 2 buku ini. Perkembangan politik dan ideologi di Indonesia mencapai tahap kemajuan seiring dengan modernisasi masyarakat Indonesia dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan negara RI yang berideologikan Pancasila. Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa berperan penting dalam aktivitas politik dan ideologi masyarakat. Bagaimanakah modernisasi politik dan ideologi di Indonesia? Modernisasi politik dan ideologi yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia dapat berperan penting dalam proses modernisasi secara total di berbagai bidang kehidupan dengan dipicu modernisasi bidang ekonomi dan sosial. Gejala modernisasi politik dan ideologi di Indonesia banyak ditandai oleh berbagai sikap politik masyarakat yang mulai mengesampingkan sikap primordial, kesukuan, kedaerahan, dan sejenisnya atau juga pemilihan kepemimpinan berdasarkan prestasi. Sikap politik semacam ini dipengaruhi oleh makin berkembangnya sistem informasi dikalangan masyarakat sehingga masyarakat mampu menentukan arah politik mereka tanpa tekanan dari pihak lain. Gejala modernisasi dalam bidang ini juga dapat dilihat dari munculnya birokrasi dan adminitrasi pemerintahan yang memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi modern. Munculnya lembaga politik modern seperti partai politik untuk menjalankan proses-proses yang berkaitan dengan ketatanegaraan maupun pemerintahan juga gejala modernisasi dalam bidang politik. Dalam bidang ideologi, gejala modernisasi ditandai dengan munculnya ideologi modern bercirikan pemikiran baru tentang ketatanegaraan dan falsafah negara. Namun ada baiknya jika modernisasi di bidang politik dan ideologi mengembangkan sistem pemerintahan demokrasi Pancasila dalam setiap pengambilan keputusan ataupun membuat kebijakan dengan cara menjunjung hukum, moralitas bangsa, dan agama. Baca Juga Modernisasi Di Bidang Ekonomi, Ilmu Pengetahuan Dan Pendidikan Modernisasi Di Dalam Bidang Teknologi Masa Kini Kontribusi Kerja Sama Bidang Sosial Budaya Bagi Bangsa Indonesia Demikian Artikel Modernisasi Di Bidang Komunikasi, Politik Dan Ideologi Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Perdagangan Internasional Sebagai Perwujudan Kerja Sama Ekonomi Antarnegara Tips Dari Hambatan Dan Kebijakan Perdagangan Internasional Peran Indonesia Dalam Kerja Sama Antarnegara Bidang Sosial Budaya Modernisasi Di Dalam Bidang Teknologi Masa Kini Peran Indonesia Dalam Kerja Sama Antarnegara Bidang Politik DiIndonesia sendiri, nasionalisme yang terjadi di masa perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia bisa lahir karena didorong oleh beberapa faktor antara lain yaitu: Baca Juga : Perlawanan Rakyat Maluku. Perluasan Pendidikan. Di tahun 1901 pemerintah Hindia Belanda menetapkan kebijakan “Politik Etis” yang terdiri dari:
Jakarta ANTARA - Presiden RI Joko Widodo memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila yang terpusat di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa 1 Juni 2021, secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Dalam amanatnya di upacara tersebut, Kepala Negara menekankan tentang dinamika tantangan yang terus dihadapi bangsa Indonesia dalam membumikan ideologi Pancasila. Presiden mengajak peringatan hari lahir Pancasila di setiap tanggal 1 Juni untuk benar-benar dimanfaatkan demi mengkokohkan nilai-nilai pancasila dalam bermasyarakat, dalam berbangsa dan dalam bernegara. Menurut Presiden, walaupun Pancasila telah menyatu dalam kehidupan bangsa sepanjang Republik Indonesia berdiri, namun tantangan yang dihadapi pancasila tidaklah semakin ringan. Contohnya globalisasi dan interaksi antarbelahan dunia, yang tidak serta merta meningkatkan kesamaan pandangan dan kebersamaan. Presiden meminta seluruh pihak mewaspadai meningkatnya rivalitas dan kompetisi, termasuk rivalitas antarpandangan, rivalitas antarnilai-nilai dan rivalitas antarideologi. Ideologi transnasional, kata Presiden, juga cenderung semakin meningkat memasuki berbagai lini kehidupan masyarakat dengan berbagai cara dan berbagai strategi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga memengaruhi landskap kontestasi ideologi. Baca juga Haedar Nashir Jauhi politisasi Pancasila Baca juga Erick Thohir Pancasila adalah perekat bangsa Kepala Negara mengingatkan revolusi industri juga telah menyediakan berbagai kemudahan dalam berdialog, dalam berinteraksi dan berorganisasi dalam skala besar lintas negara. Ketika konektivitas 5G melanda dunia maka interaksi antar dunia juga semakin mudah dan cepat. Kemudahan ini bisa digunakan oleh ideologi-ideologi transnasional radikal untuk merambah ke semua pelosok Indonesia ke seluruh kalangan dan seluruh usia tanpa mengenal lokasi dan waktu. Bahkan, kata Presiden, kecepatan ekspansi ideologi radikal bisa melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi ini. Guna menghadapi dinamika tantangan dalam membumikan ideologi Pancasila, maka perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa, diperlukan cara-cara baru yang luar biasa, memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama revolusi industri dan sekaligus Pancasila harus menjadi fondasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkeindonesiaan. Sebagaimana amanat Presiden, seluruh aparatur pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pendidik, kaum profesional, generasi muda Indonesia dan seluruh rakyat indonesia harus bersatu padu dan bergerak aktif memperkokoh nilai-nilai Pancasila dalam mewujudkan Indonesia yang dicita-citakan. Tantangan pengamalan Pancasila Upaya bangsa Indonesia membumikan ideologi Pancasila tidak terlepas dari upaya pengamalan sila-sila Pancasila di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Direktur Eksekutif The Indonesian Institute TII Adinda Tenriangke Muchtar, pengamalan sila-sila Pancasila masih jadi pekerjaan rumah. Contohnnya, salah satu sila Pancasila yang sangat penting dalam upaya menegakkan demokrasi di Indonesia adalah Sila ke-4. Menurut dia, kondisi kebebasan berekspresi di Indonesia, khususnya dalam mengkritisi kebijakan publik di ruang digital, berada dalam situasi yang rentan dan meresahkan. Dalam pengamatannya, kasus peretasan terhadap suara-suara kritis terhadap pemerintah di ruang digital, rentannya perlindungan data pribadi terutama dalam kasus yang rentan dengan aspek relasi kuasa, beserta kriminalisasi dengan dasar UU ITE dan alasan seperti penghinaan, pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan, dan stabilitas dan ketertiban publik, kerap menjadi alasan yang digadang-gadang untuk menjerat suara kritis warga negara. Data The Southeast Asia Freedom of Expression Network SAFEnet merekam 334 kasus hingga bulan Oktober 2020 sejak UU ITE disahkan tahun 2008. Sementara LBH Pers juga mencatat paling tidak 10 jurnalis dikriminalisasi dan menjadi korban UU ITE. Baca juga MPR Hari Lahir Pancasila momentum bangun kembali kebersamaan Baca juga Cara Andrea Turk amalkan Pancasila Adinda menyampaikan ancaman terhadap kebebasan berekspresi di dunia maya juga tercatat dari hasil survei Komnas HAM dan Litbang Kompas, di mana 36 responden merasa tidak bebas. Selain itu, Indonesia pun berada dalam status partly free dalam Global Freedom Status dari Freedom House 2019-2021. Sudah sepatutnya, ekspresi publik dilihat sebagai bagian dari partisipasi publik dalam proses kebijakan, termasuk di ranah digital dan dalam konteks demokrasi dan tata kelola pemerintahan digital. Adinda menyampaikan TII mengajukan rekomendasi untuk mendorong dan melindungi kebebasan berekspresi, termasuk dalam mengkritisi pemerintah di dunia maya di Indonesia. Di aspek legal, TII juga mendesak revisi UU ITE, khususnya terkait pasal-pasal yang multi interpretasi dan mengancam HAM dan kebebasan, serta memformulasikan peraturan dan peraturan pelaksana dengan perspektif HAM dan kebebasan agar dapat diterapkan oleh penegak hukum dan para pihak terkait. TII juga mendesak agar pasal-pasal terkait sanksi UU ITE tidak lagi menerapkan sanksi pidana dan harus melindungi data pribadi. Pemerintah dan DPR, juga harus mendefinisikan dengan jelas perbedaan ekspresi yang dijustifikasi sebagai bagian kebebasan dan yang terhitung sebagai penghinaan dan sebagainya. Masyarakat sipil pun harus dilibatkan dalam prosesnya untuk menghapus ketentuan yang mengancam HAM dan mengembalikan UU ITE seperti tujuan awalnya, yaitu melindungi warga dalam melakukan transaksi elektronik maupun berhubungan dengan informasi di dunia digital, dengan tetap melindungi aspek HAM dan kebebasan berekspresi. Dengan kata lain, sanksi pidana seharusnya dikembalikan ke Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Selain itu aspek legal dan politik legal yang mendasari-nya, juga tidak lepas dari aspek penerapannya oleh pelaksana kebijakan. TII merekomendasikan perbaikan penegakan hukum UU ITE dengan mendorong penegak hukum yang berperspektif HAM yang lebih baik, apakah melalui Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian PTIK dan jalur pendidikan dan sosialisasi, serta internalisasi lainnya. TII juga mendorong penerapan restorative justice dan tidak diskriminatif, dengan pembagian tugas yang jelas antara Kominfo, Polisi, dan Pengadilan. Terakhir, kebebasan berekspresi di dunia digital sangat membutuhkan literasi digital oleh semua pihak, bukan hanya pemerintah dan penegak hukum, namun juga masyarakat umum, agar bijak dan memahami konteks dalam berekspresi di dunia maya. Studi TII merekomendasikan kolaborasi Kominfo dengan Kepolisian dan Kemendikbudristek, serta masyarakat sipil terkait untuk mendorong literasi digital yang lebih baik di Indonesia. Baca juga Generasi muda diminta pahami Pancasila sebagai ideologi kebangsaan Baca juga Rektor UGM Internalisasi nilai Pancasila disesuaikan kondisi terkini Apa yang disampaikan TII hanya salah satu contoh tantangan pengamalan sila dalam Pancasila. Masih ada contoh-contoh lain yang kiranya juga bertentangan dengan pengamalan sila-sila Pancasila. ​​​​​​ Apapun itu, Pancasila telah disepakati sebagai konsensus kehidupan berbangsa dan bernegara. Lahirnya Pancasila dengan kelima sila-nya benar-benar mencerminkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka bhineka tunggal ika. Kita semua sepakat bahwa Pancasila adalah ideologi yang paling tepat untuk Indonesia. Namun, dinamika tantangan dalam membumikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agaknya tidak akan pernah usai, karena perubahan terus terjadi. Patut diingat, cara kita bangsa Indonesia dalam mengamalkan ideologi Pancasila dalam setiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara, mencerminkan seberapa keras upaya kita dalam membumikan Chandra Hamdani Noor COPYRIGHT © ANTARA 2021
Analisislahgejala modernisasi di bidang politik dan ideologi! Jawab: Upaya demokratisasi yang berasaskan Pancasila dengan mengedepankan persamaan-persamaan hak atas ekonomi, hukum, pendidikan, kesehatan, sosial tanpa diskriminasi, menjadi harapan dan tumpuan bagi segenap lapisan masyarakat. Pembangunan suatu bangsa tidak lepas dari ideologi politik yang diletakkan. Ideologi politik ini dapat berpengaruh dalam mengarahkan dan membentuk paradigma pembangunan nasional. Di Indonesia, politik pembangunan nasional selalu dipengaruhi oleh ideologi dan politik penguasa. Penguasa pada setiap zaman atau periode pemerintahan memiliki dasar ideologis dan politik yang unik dan khas dalam menjalankan pemerintahannya. Studi tentang pembangunan selama ini memang tidak terlalu banyak membahas peran dan pengaruh ideologi dan politik di dalamnya. Studi pembangunan yang berkembang selama ini bergerak pada tiga arus utama yaitu ekonomi, lingkungan, dan tata ruang wilayah atau tata ruang kota. Pembahasan tentang paradigma pembangunan atau pengarusutamaan pembangunan merujuk pada dua posisi yaitu posisi global, dimana peran global mengarahkan paradigma pembangunan yang selama ini berkembang di bebagai negara negara di dunia. Kemajuan negara negara yang memiliki standar hidup dan ekonomi yang tinggi dapat mempengaruhi paradigma dan model pembangunan yang ada di seluruh kawasan atau benua. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggali garis ideologi dan politik yang diletakkan oleh pemerintah dalam membangun gagasan pembangunan nasional yang berkeadilan sosial melalui konsepsi Nawacita dan Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan interpretasi, analisis kebijakan, dan korelasi. Data yang digunakan berupa buku teks, jurnal, laporan ilmiah, dan peraturan perundang undangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan relasi antara Nawacita, Pancasila dalam praktek ideologi politik pembangunan. The development of a nation is inseparable from the political ideology laid down. This political ideology can influence in directing and shaping the paradigm of national development. In Indonesia, the politics of national development has always been affected by the authorities' ideology and politics. The police in each era or period of government has a unique and unique ideological and political basis in carrying out their government. The study of development has not discussed too much the role and influence of ideology and politics in it. Development studies that have developed so far are engaged in three main currents economy, environment, and regional or city spatial planning. The discussion of the development paradigm or the mainstreaming of development refers to two positions, namely the global situation, where the global role directs the development paradigm that has been developing in various countries in the world. Countries with high standards of living and economy can influence the development of paradigms and models that exist in all regions or continents. But a government that has not been fortunate or is still in the process of progressing towards the goals and objectives of the state tries to put its development paradigm on two legs. On the first foot, try to use the prescription of a global development paradigm. On the other hand, it uses the development paradigm, which is owned by the nation itself with the ideological and political lines laid by the authorities. In Indonesia, the idea of the ideology and politics of national development in the context of President Jokowi's administration spread an interesting ideological and political line, Nawacita. Nawacita is an ideal set forth in 9 agendas that are used as a reference and state ideological direction. This nawacita needs to be seen in the framework of national development. This study aims to describe and explore the government's ideological and political lines in building the idea of national development with social justice through the conception of Nawacita and Pancasila. The method used in this study uses a qualitative approach. Analysis of the data used in research uses interpretation, policy analysis, and correlation—the data used in the form of textbooks, journals, scientific reports, and legislation. This study's results are expected to show the relationship between Nawacita, Pancasila in the practice of political development ideology. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 148 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan p-ISSN 2338-9680 e-ISSN 2614-509X Vol. 8 No. 2 September 2020, hal. 148-154 Nawacita, Pancasila, dan Ideologi Politik Pembangunan Nasional Lestanta Budiman1, Hastangka2 1Pusat Studi Pancasila, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, lestantabudiman 1Pusat Studi Pancasila, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, hastangka Riwayat Artikel Diterima 25 September 2020 Disetujui 30 September 2020 Abstrak Pembangunan suatu bangsa tidak lepas dari ideologi politik yang diletakkan. Ideologi politik ini dapat berpengaruh dalam mengarahkan dan membentuk paradigma pembangunan nasional. Di Indonesia, politik pembangunan nasional selalu dipengaruhi oleh ideologi dan politik penguasa. Penguasa pada setiap zaman atau periode pemerintahan memiliki dasar ideologis dan politik yang unik dan khas dalam menjalankan pemerintahannya. Studi tentang pembangunan selama ini memang tidak terlalu banyak membahas peran dan pengaruh ideologi dan politik di dalamnya. Studi pembangunan yang berkembang selama ini bergerak pada tiga arus utama yaitu ekonomi, lingkungan, dan tata ruang wilayah atau tata ruang kota. Pembahasan tentang paradigma pembangunan atau pengarusutamaan pembangunan merujuk pada dua posisi yaitu posisi global, dimana peran global mengarahkan paradigma pembangunan yang selama ini berkembang di bebagai negara negara di dunia. Kemajuan negara negara yang memiliki standar hidup dan ekonomi yang tinggi dapat mempengaruhi paradigma dan model pembangunan yang ada di seluruh kawasan atau benua. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggali garis ideologi dan politik yang diletakkan oleh pemerintah dalam membangun gagasan pembangunan nasional yang berkeadilan sosial melalui konsepsi Nawacita dan Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan interpretasi, analisis kebijakan, dan korelasi. Data yang digunakan berupa buku teks, jurnal, laporan ilmiah, dan peraturan perundang undangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan relasi antara Nawacita, Pancasila dalam praktek ideologi politik The development of a nation is inseparable from the political ideology laid down. This political ideology can influence in directing and shaping the paradigm of national development. In Indonesia, the politics of national development has always been affected by the authorities' ideology and politics. The police in each era or period of government has a unique and unique ideological and political basis in carrying out their government. The study of development has not discussed too much the role and influence of ideology and politics in it. Development studies that have developed so far are engaged in three main currents economy, environment, and regional or city spatial planning. The discussion of the development paradigm or the mainstreaming of development refers to two positions, namely the global situation, where the global role directs the development paradigm that has been developing in various countries in the world. Countries with high standards of living and economy can influence the development of paradigms and models that exist in all regions or continents. But a government that has not been fortunate or is still in the process of progressing towards the goals and objectives of the state tries to put its development paradigm on two legs. On the first foot, try to use the prescription of a global development paradigm. On the other hand, it uses the development paradigm, which is owned by the nation itself with the ideological and political lines laid by the authorities. In Indonesia, the idea of the ideology and politics of national development in the context of President Jokowi's administration spread an interesting ideological and political line, Nawacita. Nawacita is an ideal set forth in 9 agendas that are used as a reference and state ideological direction. This nawacita needs to be seen in the framework of national development. This study aims to describe and explore the government's ideological and political lines in building the idea of national development with social justice through the conception of Nawacita and Pancasila. The method used in this study uses a qualitative approach. Analysis of the data used in research uses interpretation, policy analysis, and correlation—the data used in the form of textbooks, journals, scientific reports, and legislation. This study's results are expected to show the relationship between Nawacita, Pancasila in the practice of political development ideology. Kata Kunci Nawacita Pancasila Ideologi Politik Pembangunan ——————————  —————————— A. LATAR BELAKANG Wacana ideologi dan politik pembangunan menarik untuk menjadi pembahasan dan kajian di Indonesia. Lestanta Budiman, Nawacita, Pancasila, dan Ideologi...149 Sejak paska reformasi tahun 1999 dinamika kehidupan sosial dan politik di Indonesia banyak diwarnai dengan berbagai polemik seputar ideologi dan politik tentang arah dan tujuan negara Indonesia paska orde baru. Ideologi dan politik yang berkembang paska reformasi telah banyak berpengaruh dalam tatanan kehidupan bernegara khususnya pembangunan sistem politik dan sosial di Indonesia. Perubahan pembangunan sistem politik di Indonesia sejak paska reformasi sangat nampak dengan adanya desentralisasi dan distribusi kewenangan atau kekuasaan yang dulunya terpusat sentralistik, dianggap oleh kelompok reformis sebagai bentuk pemerintahan otoritarian. Pemerintah otoritarian merupakan sistem pemerintah yang dianggap kurang demokratis atau pemerintah yang berpijak pada orientasi pembangunan politik kekuasaan, kemudian bergeser menjadi sistem pemerintahan yang memiliki check and balances dalam berbagai aspek. Dampak dari reformasi memunculkan berbagai lembaga negara baru yang bertujuan untuk memberikan keseimbangan dan pengawasan terhadap jalannya sistem pemerintahan dan politik seperti Mahkamah Konstitusi MK, Komisi Yudisial KY, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, dan Komisi Ombdusman. Perubahan yang nampak lebih jelas ialah sistem pemilihan umum yang dikembangkan mulai dari pemilihan kepala daerah sampai dengan presiden dipilih langsung oleh rakyat. Dalam konteks partai politik juga berkembang banyak partai politik baru bermunculan mengikuti kontestasi untuk mendapatkan kursi di parlemen dan kekuasaan di eksekutif. Dalam aspek ideologi dan politik pembangunan juga menarik untuk dilihat. Perubahan mendasar yang terjadi terkait wacana ideologi dan politik pembangunan Indonesia paska reformasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, aspek paradigma pembangunan sebelum reformasi meletakkan paradigma pembangunan yang sentralistik kemudian sekarang mengarah pada paradigma pembangunan yang terdesentralisasi. Kedua, aspek ideologi dan politik, ideologi dan politik pembangunan dapat dilihat dari aspek kebijakan politik pembangunan mengalami pola pola divergen jamak. Perubahan ini terjadi karena diindikasikan terdapat orientasi ideologis dan politik yang berkembang di tingkat kekuasaan khususnya penguasa yang mengalami perubahan setiap 5 tahun sekali dan 10 tahun sekali paling lama. Pembatasan kekuasaan presiden hanya untuk satu kali masa jabatan sebagaimana diatur dalam UUD 1945 pasal 7 bahwa “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”. Kondisi ini telah membawa arah dan orientasi ideologi politik negara mengikuti arah dan orientasi ideologi politik penguasa. Apabila membahas ideologi negara tentu merujuk pada Pancasila. Pancasila menjadi ideologi negara. Penelitian tentang ideologi dan politik pembangunan nasional di Indonesia pada paska reformasi menarik untuk dilihat kembali karena istilah ideologi juga terjadi perdebatan dan berbagai kontestasi baik di kalangan masyarakat maupun akademisi. Ideologi sebagai cita-cita, harapan, pandangan, gagasan, dan tersusun sistematis dalam bentuk tatanan nilai dan keyakinan.[1] Dalam aspek pembangunan terdapat tiga faktor utama yang mengubah paradigma pembangunan di suatu negara, yaitu perubahan ideologi, revolusi dan inovasi teknologi dan perubahan lingkungan internasional.[2] Berbeda dengan pandangan Warjio yang melihat bahwa gagasan pembangunan merupakan kebijakan publik yang lahir dengan melibatkan banyak pihak mulai dari aktor lokal, nasional dan internasional. Keberadaan konsepsi tentang pembangunan merupakan hasil proses politik dan memiliki kepentingan yang didesain dan memiliki perencanaan untuk jangka waktu tertentu.[3] Untuk itu, pembangunan selalu berkaitan dengan aktor, proses politik, dan kepentingan tertentu. Aktor pembangunan yang penting dan berpengaruh dalam suatu negara adalah penguasa. Siapa penguasa dan memiliki peran apa? Ia akan menjadi leading sector dalam menggerakkan ideologi dan politik pembangunan pada suatu negara. Nawacita merupakan gagasan yang menarik pada masa pemerintah Jokowi. Daya tarik istilah Nawacita ini telah mengantarkan Jokowi menjadi presiden untuk periode pertama tahun 2014 melalui pemilihan presiden secara langsung. Nawacita menjadi ideologi politik yang menarik dalam konteks pembangunan karena selama paska reformasi arah dan orientasi pembangunan masih mencari format dan bentuk. Namun pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, arah dan orientasi pembangunan berpijak pada ideologi Pancasila. Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa “Konsep Nawa Cita dan prioritas pembangunan nasional sudah sejalan dengan komitmen tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Yang perlu kita lakukan adalah menjalankan prioritas nasional secara baik dan efektif.” kutipan Presiden Joko Widodo, Simpul Perencana, Volume 29, Tahun 14 April 2017, Pandangan lain menjelasan tentang ideologi pembangunan melihat bahwa ideologi pembangunan Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggali relasi dan kontekstualisasi Nawacita, Pancasila dalam ideologi politik pembangunan nasional yang berkeadilan sosial. Keadilan sosial yang dimaksud ialah bagaimana mengurangi kesenjangan sosial dan ketidakadilan dalam pembangunan nasional untuk mendapatkan hasil hasil pembangunan yang merata. Djiwandono menjelaskan keadilan secara umum dapat dipahami sebagai suatu prinsip, norma, atau sikap, yang menuntut persamaan.[3] Batasan dalam penelitian ini akan memfokuskan pada wacana ideologi politik Pembangunan paska reformasi 150 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. X, No. X, Bulan Tahun, hal ....-.... khususnya pada era pemerintahan Jokowi periode tahun 2014-2019 dan periode 2019-2024. Penelitian ini mencoba akan menjawab persoalan penelitian sebagai berikut1. Bagaimana konsepsi dan praktek Nawacita diterjemahkan dalam ideologi politik pembangunan? 2. Sampai sejauh mana posisi dan relasi Nawacita dan Pancasila dapat menjadi ideologi politik pembangunan di Indonesia? 3. Bagaimana tantangan praktek Nawacita dalam ideologi politik pembangunan nasional di Indonesia? B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini diperoleh dari dokumen kebijakan pemerintah, peraturan perundang undangan, laporan penelitian, jurnal, buku yang relevan dengan penelitian. Data yang diperoleh kemudian dikategorisasikan untuk dilakukan pemilihan kesesuaian dengan topik penelitian. Analsis data menggunakan reduksi data, interpretasi dan analisis kebijakan. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konsepsi Nawacita dan pembangunan nasional Asal mula konsepsi Nawacita dapat ditelusuri dalam kontestasi pemilihan calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Nawacita merupakan salah satu tawaran Joko Widodo saat mencalonkan diri menjadi calon presiden dan wakil presiden 2014. Salah satu agenda dan kampanye politik yang diwacanakan oleh Joko Widodo ialah Nawacita dengan “menghadirkan kembali negara”, “membangun dari pinggiran”, dan “gerakan revolusi mental”. Nawacita adalah ideologi. Jejak jejak Nawacita sebagai ideologi secara tidak langsung dapat ditemukan pada dokumen yang diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014 yang diberi judul “Buku I Agenda Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019”. Dalam penjelasan bab buku ini menguraikan tentang meneguhkan kembali jalan ideologis. Ideologi dalam dokumen ini diterjemahkan sebagai penuntun; ideologi sebagai penggerak; ideologi sebagai pemersatu perjuangan; dan ideologi sebagai bintang pengarah. Ideologi itu adalah Pancasila.[4] Dalam kehidupan bernegara, pemerintah perlu mengambil kebijakan pembangunan dalam upaya melakukan perubahan yang lebih baik bagi warganya. Dalam upaya realisasi untuk menjaga keseimbangan sistem kenegaraan. Pemerintah memiliki peran penting dalam menjalankan mekanisme pembangunan.[5] Secara konseptual, konteks pembangunan nasional dapat dijelaskan bahwa Pembangunan nasional yang dibuat oleh negara pada hakikatnya merupakan usaha mewujudkan keadilan sosial dalam berbagai bidang kehidupan. Kondisi ini dapat diartikan sebagai suatu usaha transformasi total dari pola kehidupan tradisional kepada pola kehidupan modern sesuai dengan kemajuan jaman serta didukung oleh ilmu pengetahun dan teknologi untuk mencapai cita cita dan tujuan bernegara.[6] Secara yuridis, konsep pembangunan nasional dapat dilihat dari Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 dalam klausul menimbang poin b menjelaskan bahwa “Indonesia memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa “Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara”. bertitik tolak pada definisi ini aspek perencanaan pembangunan nasional menjadi untuk untuk diterjemahkan menjadi jalan ideologis pembangunan nasional. Jalan ideologis pembangunan berpijak pada konsepsi Nawacita. Nawacita menjadi ideologi politik pembangunan nasional pada masa kepemimpinan Jokowi. Sejak reformasi 1999 sampai sekarang, arah dan orientasi politik pembangunan nasional memiliki format yang mengarah pada ideologi Pancasila. Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, penegasan secara ideologis dalam politik pembangunan nasional tidak terlalu menjadi perhatian dari para pemimpin nasional. Agenda Nawacita yang dimaksud sebagai berikut Tabel 1 Nawacita Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Melakukan revolusi karakter bangsa. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia Sumber Visi-Misi Jokowi-JK, 2014.[7] Lestanta Budiman, Nawacita, Pancasila, dan Ideologi...151 Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa konsepsi dari Nawacita meletakkan nilai nilai dasar pada cita-cita dan tujuan nasional. Pemikiran ini juga mengadopsi dari gagasan Soekarno tentang Trisakti Pancasila. Ideologi politik pembangunan yang diletakkan pada masa presiden Soekarno tentang pembangunan semesta dan Trisakti Pancasila yang membangun jargon “berdaulat di bidang politik”, berdikari di bidang ekonomi‟, dan berkepribadian dalam kebudayaan”, menjadi kata kunci penting dalam pembentukan ideologi politik pembangunan. Undang undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan Indonesia Yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Dalam konteks visi tersebut aspek aspek Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur dimaknai dan diuraikan sebagai berikut Mandiri berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap. Adil berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah. Makmur berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.[6] Nawacita sebagai ideologi politik pembangunan menjadi kajian yang menarik dari beberapa akademisi. Penelitian yang dilakukan oleh Murdiyana dan Mulyana menjelaskan bahwa ketika presiden Joko Widodo Menjabat terdapat beberapa program pembangunan di dalam Nawacita yang pro pada upaya pengentasan kemiskinan. Program tersebut disebutkan dalam 9 agenda prioritas pembangunan yang disebut Nawacita yaitu 1. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; kualitas hidup manusia Indonesia. Pada pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, garis ideologi politik pembangunan untuk mewujudkan keadilan sosial secara khusus untuk penanggulangan kemiskinan melalui 4 strategi yaitu1 Memperbaiki program perlindungan sosial; 2 Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar; 3 Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; 4 Menciptakan pembangunan yang inklusif.[6]. Lainnya mendeskripsikan program dana desa atau yang disebut village fund sebagai bentuk dan upaya implementasi Nawacita. Hasil dari penelitian Nurpuspita, Sarfiah dan Ratnasari menunjukkan bahwa dana desa yang dikelola dengan baik dapat mendukung dalam upaya percepatan pembangunan di desa dengan meningkatkan partisipasi masyarakat melalui peningkatan pelayanan masyarakat, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa dan penguatan desa untuk kesejahteraan masyarakat di desa. Alokasi dana desa digunakan untuk pembangunan infrastruktur mendukung perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.[8] Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Sekretariat Jenderal DPR RI tentang Nawacita dalam upaya perwujudan dan percepatan pembangunan nasional yang berkeadilan sosial menguraikan bahwa program Nawacita menekankan pada kemandirian, kedaulatan pada sektor sektor strategis nasional dan pemberdayaan masyarakat telah diuraikan pembahasan secara khusus dalam beberapa bagian yaituPada bagian pertama membahas tentang daya saing produk pangan lokal, kemandirian sektor pertanian, menjamin kedaulatan keuangan nasional, peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing bangsa, meningkatkan kualitas hidup manusia, pembangunan sektor perikanan laut, perlindungan dan pemberdayaan nelayan miskin, dan mendukung Pegawai Negeri Sipil yang taat terhadap waktu kerja.[9] Dinamika pembangunan di Indonesia banyak berbicara pada pembangunan politik dan ekonomi. Pola pola pembangunan yang kecenderungan dibangun selama 2 dekade terakhir membahas pembangunan politik dan ekonomi. Untuk itu, memotret dan menelusuri arah pembangunan nasional dapat diilakukan melalui praktek praktek politik pembangunan yang selama ini dijalankan oleh pemerintah Indonesia pada masa paska reformasi. Praktek politik pembangunan yang selama ini dilakukan ialah pada periode paska reformasi dapat ditunjukkan pada jejak jejak kepemimpinan Abdurahman Wahid Gusdur, ketika Gusdur menjadi presiden Republik Indonesia periode 1999-2001, kebijakan yang penting dalam meletakkan paradigma pembangunan ialah menggeser paradigma pembangunan yang berbasis daratan mengarah pada paradigma pembangunan yang berbasis kelautan dan kemaritiman. Salah salah satu langkah atau program yang dibuat Gusdur secara kelembagaan dan struktural mendirikan departemen eksplorasi laut. Kemudian pada tahun 2005 diubah menjadi kementerian keluatan dan perikanan.[10] Pada masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, kebijakan dan arah politik pembangunan nasional meletakkan pada stabilitas ekonomi. Dinamika politik ekonomi pada awal paska reformasi menjadikan pembangunan nasional secara umum terbengkalai. Presiden Megawati melalui kabinet gotong royong berbagai kebijakan pemerintah untuk mendukung pembangunan menekankan pada upaya memperbaiki sektor ekonomi dengan beberapa agenda antara lain restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan, meningkatkan kegiatan ekspor, menciptakan situasi kondusif bagi investor, mendorong kemajuan usaha kecil dan menengah, dan meningkatkan 152 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. X, No. X, Bulan Tahun, hal ....-.... pemanfaatan sumber daya laut. Sedangkan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, melalui kabinet Indonesia bersatu I dan II lebih banyak menekankan paradigma pembangunan yang berbasis investasi, mencabut berbagai subsidi termasuk subsidi BBM, melakukan program Bantuan Langsung Tunai BLT Dokumen Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, tanpa tahun. Selain itu terdapat program menghapus minyak tanah dikonversikan menjadi program elpiji tabung 5 kg. Dinamika politik pembangunan nasional di Indonesia banyak menekankan pembangunan sektor ekonomi dan politik. 2. Posisi dan relasi Nawacita dan Pancasila dalam ideologi politik pembangunan di Indonesia Ideologi pembangunan pada dasarnya mengalami krisis. Krisis tersebut telah diuraikan oleh Hadar dalam tulisannya pada harian Seputar Indonesia berjudul Ideologi pembangunan. Menurut Hadar terjadinya krisis ideologi pembangunan berakar dari krisis teori pembangunan. Teori pembangunan selama ini dilihat hanya pada dua kutub yaitu kutub modernisasi dan kutub dependensi. Paradigma pembangunan yang berjalan mengejar pertumbuhan dan kemajuan dengan cara meletakkan filosofi modernisasi akan berimplikasi pada kebijakan kebijakan politik pembangunan yang mengarah pada efesiensi dan capital serta teknologi. Sedangkan paradigma yang mengedepankan dependensi melihat posisi negara negara dalam posisi berkembang dan terbelakang. Berbagai utopia dan model teori pembangunan yang berkembang selama ini telah membawa jebakan dalam mempraktekkan pembangunan pada ranah ekonomi semata. Menurut Hadar bahwa “Pancasila, sebagai ideologi dan orientasi pembangunan yang cukup lama terbengkalai, sebenarnya memberikan ruang yang luas dalam mengupayakan pembangunan berkeadilan, baik bagi bangsa Indonesia maupun masyarakat global”. [11] Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang sudah seharusnya menjadi dasar dan pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dalam segala bidang. Namun, Pancasila sebagai dasar negara masih belum secara maksimal dipraktekkan dalam kehidupan bernegara. Kedudukan dan fungsi Pancasila selama ini masih sebatas dalam konteks meletakkan dasar dasar bernegara tetapi aplikasi dan operasionalisasi Pancasila sebagai dasar negara belum dijalankan dengan baik oleh penyelenggara negara. Darmodiharjo dan Shidarta menjelaskan bahwa hakikat Pancasila merupakan nilai dan mengandung kualitas tertentu. Prinsip prinsip dasar yang mengandung kualitas tertentu itu merupakan cita cita dan harapan atau akan dituju oleh bangsa Indonesia untuk diwujudkan dalam kenyataan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[12] Kajian Bahar menjelaskan bahwa Pancasila telah menjadi dasar paradigma pembangunan nasional, artinya bahwa Pancasila dirumuskan sebagai pembentukan penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai dasar paradigma pembangunan nasional diarahkan dalam bentuk landasan dan dasar dalam penyusunan kebijakan pembangunan nasional di Indonesia.[12] Hanum juga lebih lanjut menjelaskan bahwa makna Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mencakup perihal pembangunan ekonomi, iptek, dan pendidikan.[13] Selama ini, politik pembangunan masih meletakkan politik pembangunan ekonomi dan politik. Dalam menerapkan politik dan ideologi pembangunan nasional masih belum jelas dasar pijakan ideologis yang diletakkan dalam politik pembangunan nasional. Posisi Pancasila perlu kembali dipertegas dalam kerangka berbangsa dan bernegara khususnya dalam praktek. Dalam 2 dekade terakhir, politik pembangunan nasional di Indonesia masih diwarnai pada politik pembangunan yang meletakkan pada paradigma ekonomi pasar dan developmentalism. Paradigma pembangunan berpijak pada ekonomi pasar menekankan bahwa pro-growth, pro-poor, dan pro-job. Jargon politik pembangunan berpijak pada ekonomi pasar merupakan pra syarat dalam era global. Kondisi yang harus dipenuhi ialah persoalan efesiensi dan produktivitas, persaingan/kompetisi, dan alokasi sumber daya yang kompeten dan profesional untuk memacu pembangunan, serta mengharapkan peran pemerintah yang minimalis. Pada konteks yang lain, paradigma pembangunan yang berpijak ideologi pembangunan global menekankan pada pembangunan yang berbasis ekologis, etis, dan populis. Selama ini negara Indonesia mengikuti kedua arus tersebut. Format pembangunan nasional mulai mengarah pada upaya meletakkan dasar ideologis yang berpijak pada Pancasila dimulai dari kepemimpinan Joko Widodo. Gagasan pembangunan harus memiliki acuan ideologis yang jelas menjadi cita cita presiden Joko Widodo untuk meletakkan ideologi politik pembangunan dalam satu kesatuan yang utuh. Menghadirkan kembali negara, membangun dari pinggiran, revolusi karakter, menolak negara lemah, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mewujudkan kemandirian ekonomi menjadi filosofi pembangunan dalam aspek ideologi dan politik pembangunan nasional dalam agenda Nawacita. Latif menjelaskan bahwa pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan gerak berkelanjutan dari peningkatan mutu budaya dan peradaban dalam rangka mewujudkan cita cita nasional berlandaskan kerangka keyakinan, pengetahuan, dan tindakan Pancasila.[14] Nawacita sebagai upaya untuk menerjemahkan Pancasila sebagai dasar negara menjadi dasar dan pedoman dalam membangun politik dan ideologi Lestanta Budiman, Nawacita, Pancasila, dan Ideologi...153 pembangunan nasional. Relasi antara Pancasila dan Nawacita dapat ditunjukkan dari nilai nilai yang ditawarkan dari Nawacita dan Pancasila. Pancasila yang terdiri atas 5 sila memiliki nilai dan prinsip prinsip yang hendak diwujudkan dalam suatu negara serta dijamin oleh negara agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan cita cita dan tujuan bernegara. Pancasila menjadi landasan idiil dalam membangun dan membentuk format dasar pembangunan nasional dan Nawacita menjadi kerangka kebijakan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019, Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2014. Untuk itu, ideologi politik pembangunan pada periode 2014 sampai sekarang menerjemahkan visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2014. Pada tahun 2014, Jokowi terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dengan mengangkat agenda Nawacita. Nawacita ini telah mewarnai paradigma pembangunan nasional di Indonesia yang memiliki dasar dasar ideologi Pancasila. 3. Tantangan praktek Nawacita dalam ideologi politik pembangunan nasional di Indonesia Nawacita sebagai landasan dalam praktek pembangunan nasional yang telah diletakkan oleh presiden Joko Widodo pada tahun 2014 sampai sekarang mengalami kemajuan yang melambat. Pada awal gagasan ini dideklarasikan dan menjadi dasar ideologi dan politik pembangunan nampak berbagai perubahan kebijakan di negara Indonesia khususnya dalam pembangunan politik, ideologi, dan kerja kerja pemerintahan. Percepatan pembangunan di daerah daerah pedalaman, perbatasan, dan pulau pulau terluar menjadi perhatian penting dalam pemerintahan periode pertama presiden Joko Widodo. Namun, dalam perkembangannya, praktek Nawacita mendapatkan tantangan baik dari aspek internal dan eksternal. Upaya untuk mewujudkan negara kuat dan hadir dalam segala aspek kehidupan masyarakat tidak semudah yang dibayangkan dan imajinasikan. Tantangan internal yang sampai sekarang ini belum secara penuh dapat terselesaikan terkait reformasi birokrasi dan budaya kerja birokrasi. Aparatus negara memiliki peran penting dalam mempercepat proses pembangunan nasional di Indonesia. Nawacita sebagai landasan kerja dan berpikir tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa ada dukungan budaya kerja dan mentalitas apparatus negara dalam menjalankan fungsi fungsi kerja kelembagaan dan struktural. Catatan lainnya memberikan penjelasan bahwa tantangan terbesar dari pelaksanaan Nawacita berada pada aparat dan budaya kerja birokrasi.[2][15] D. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian tentang Nawacita, Pancasila, dan Ideologi politik pembangunan di Indonesia menunjukkan bahwa selama ini arah ideologi politik pembangunan sejak paska reformasi masih diwarnai pada dua paradigma utama yaitu paradigma global dan paradigma ekonomi. Dalam perkembangannya, paradigma pembangunan dari aspek ideologi dan politik pembangunan pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah menegaskan bahwa ideologi politik pembangunan nasional di Indonesia berlandaskan pada visi, misi dan program kerja Presiden melalui agenda Nawacita. Nawacita merupakan bentuk terjemahan pengamalan nilai nilai Pancasila dalam bentuk pembangunan nasional yang menekankan pada pentingnya kehadiran negara dalam mewujudkan keadilan sosial, menolak negara lemah, membangun dari pinggiran, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kata kunci ini yang menjadikan Nawacita memiliki relasi dengan Pancasila dari aspek ideologi dan politik pembangunan nasional. Kedepannya penelitian selanjutnya dapat menganalisis seberapa efektif 10 tahun atau 2 periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam melaksanakan Nawacita. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari hibah penelitian dasar yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta tahun 2020. Peneliti mengucapkan terima kasih atas dukungan dari LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta. DAFTAR RUJUKAN [1] M. I. Rahmat, Ideologi Politik PKS; Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen. LKIS PELANGI AKSARA, 2008. [2] S. S. Syamsi, “Nawa Cita Jokowi-JK dalam Paradigma Pembangunan Ekonomi,” Surya Octag. Interdiscip. J. Sci. Technol., vol. 1, no. 1, pp. 73–102, 2015. [3] J. S. Djiwandono, Setengah abad negara Pancasila tinjauan kritis ke arah pembaruan. Centre for Strategic and International Studies, 1995. [4] B. P. P. Nasional, “Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta Pusat,” 2014. [5] A. R. bin Mawazi and R. P. Hidayatulah, “Islam dan Ideologi dalam Pembangunan di Indonesia Studi Terhadap Program Nawacita,” Anal. J. Stud. Keislam., vol. 18, no. 2, pp. 171–188, 2018. [6] M. Murdiyana, “Analisis Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia,” J. Polit. Pemerintah., vol. 10, no. 1, pp. 73 – 96, 2017. [7] S. B. Ilkodar, L. Budiman, and H. Hastangka, “Pemetaan Model Pembelajaran Pancasila Pada Perguruan Tinggi Di Daerah Istimewa Yogyakarta,” CIVIS, vol. 9, no. 1, 2020. 154 CIVICUS Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. X, No. X, Bulan Tahun, hal ....-.... [8] R. Nurpuspita, S. N. Sarfiah, and E. D. Ratnasari, “Analisis Pengelolaan Dana Desa Sebagai Realisasi Salah Satu Tujuan Program Nawacita „Membangun Indonesia Dari Pinggiran‟ Di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Tahun 2016,” Din. Dir. J. Econ., vol. 1, no. 2, pp. 136–150, 2019. [9] D. dkk Wuryandani, “Mewujudkan Agenda Prioritas Nawacita,” P3DI Setjen DPR RI dan Azza Graf., 2015. [10] D. R, “Gusdur Kembalikan Dasar Pembangunan Ekonomi yang Awalnya Berorientasi Darat menjadi Laut,” 2019. [11] “Ideologi Pembangunan,” 2014. [12] S. Bahar, “Pancasila Sebagai Paradikma Pembangunan Nasional Bidang Sosial Politik,” J. Ketahanan Nas., vol. 6, no. 2001, 2001. [13] F. Hanum, “Pendidikan Multikultural Dalam Pluralisme Bangsa,” Pap. Accessed March 29, 2012, 556 PM from http// pp. 1–24, 2011. [14] L. Y., Wawasan Pancasila Edisi Komprehensif. Mizan, 2020. [15] M. W. Saragih, “Relevansi Konsep Trisakti Soekarno dengan Nawacita Pemerintahan Jokowi-JK.” ... The term national development is known as the foundation of development in Indonesia. National development aims to distribute the welfare of the Indonesian people in all regions, which is clearly stated in the state constitution and state constitution Hastangka & Budiman, 2020. In achieving successful national development, the Government seeks to cooperate with other countries that have succeeded in developing countries, such as China. ... Rianda DirkareshzaSimultaneous general elections have a lousy tendency by several people but do not see a large future impact on national development planning in 2025–2045. The purpose of this article is to present a new perspective on viewing simultaneous general elections by linking national development planning as a future impact on public welfare. This research is qualitative by using a statute approach in comparing laws and regulations that change in each period of simultaneous general elections and synchronising laws and regulations with national development planning. The conceptual approach is the basis for the author to conceptualise the synchronisation of simultaneous general elections to national development planning in the RPJPN 2025–2045. The research results from this article show three outlines First, the impact of simultaneous general elections results in harmony in the implementation of national development planning. Second, synchronising simultaneous general elections to national development planning eliminates the disparities between regions that occur in Indonesia. Third, the synchronisation results, as discussed, will produce a gradual welfare state in 2025– Rahman Bin MawaziRizki Pradana HidayatulahThe Islamic political movement in Indonesia still leaves the battle of discourse regarding the formalization of Islamic Shari'a as an ideology and Pancasila as the ideology adopted by the current state. This discourse battle is also often a stumbling block of government programs because the modernization carried out by the government often clashes with the values set by the community. This paper would like to see the correlation between Islam as an ideology and the development program in the cabinet of Joko Widodo and Jusuf Kalla. In its program, infrastructure development is so dominant in the hope of being able to support the national economic movement. In an Islamic perspective, the concept of modernization chosen by the government is part of the program of maslahat al-ummah or the interests of the people and is already a government obligation to fulfill. However, the practice that occurs in Indonesia is as it is known in the deconfentialization theory, that is, the general values of religious teachings are the main values in the state but the state is not based on religion. In this case, the modernization practices applied by the cabinet of Joko Widodo and Jusuf Kalla were more likely to be secularized. This pattern is still similar to that applied by the previous government. In an effort to accommodate the ideological interests of Islamic groups, the Jokowi-JK government still cannot make an appropriate compromise. The efforts made by the government are merely proposing jargon, namely the Mental I RahmatM. I. Rahmat, Ideologi Politik PKS;Nawa Cita Jokowi-JK dalam Paradigma Pembangunan EkonomiS S SyamsiS. S. Syamsi, "Nawa Cita Jokowi-JK dalam Paradigma Pembangunan Ekonomi," Surya Octag. Interdiscip. J. Sci. Technol., vol. 1, no. 1, pp. 73-102, abad negara Pancasila tinjauan kritis ke arah pembaruan. Centre for Strategic and International StudiesJ S DjiwandonoJ. S. Djiwandono, Setengah abad negara Pancasila tinjauan kritis ke arah pembaruan. Centre for Strategic and International Studies, Model Pembelajaran Pancasila Pada Perguruan Tinggi Di Daerah Istimewa YogyakartaS B IlkodarL BudimanH HastangkaS. B. Ilkodar, L. Budiman, and H. Hastangka, "Pemetaan Model Pembelajaran Pancasila Pada Perguruan Tinggi Di Daerah Istimewa Yogyakarta," CIVIS, vol. 9, no. 1, Pengelolaan Dana Desa Sebagai Realisasi Salah Satu Tujuan Program Nawacita "Membangun Indonesia Dari Pinggiran" Di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo TahunR NurpuspitaS N SarfiahE D RatnasariR. Nurpuspita, S. N. Sarfiah, and E. D. Ratnasari, "Analisis Pengelolaan Dana Desa Sebagai Realisasi Salah Satu Tujuan Program Nawacita "Membangun Indonesia Dari Pinggiran" Di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Tahun 2016," Din. Dir. J. Econ., vol. 1, no. 2, pp. 136-150, Agenda Prioritas NawacitaD WuryandaniD. dkk Wuryandani, "Mewujudkan Agenda Prioritas Nawacita," P3DI Setjen DPR RI dan Azza Graf., Kembalikan Dasar Pembangunan Ekonomi yang Awalnya Berorientasi Darat menjadi LautD. R, "Gusdur Kembalikan Dasar Pembangunan Ekonomi yang Awalnya Berorientasi Darat menjadi Laut," 2019. 5aLByPX.
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/340
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/260
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/306
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/283
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/289
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/299
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/103
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/151
  • 3ukn4tm5cp.pages.dev/9
  • analisislah gejala modernisasi di indonesia dalam bidang politik dan ideologi